Ketika itu, adalah jaman reformasi, ketika Pak Harto Lengser, digantikan oleh wakilnya Bp. Habibi. Kemudian dilakukan pemilan umum yang dipercepat, pembentukan DPR/MPR dan pemilihan Presiden/wakil presiden.
Ketika situasi politik tidak menentu, tiba tiba Poros tengah di bawah Bp Amin Rais mengusulkan agar Gus Dur dipilih untuk menjadi Presiden. Untuk mengambil sikap secara tepat, Gus Dur kemudian ingin memastikan apakah Kelompok Amin Rais memang benar benar mau mencalonkan dirinya, atau hanya sekedar bermanuver Politik saja.
Tentu saja tidak mudah untuk “membaca’ pikiran lawan politiknya itu. Konon, dalam politik, tidak ada teman yang langgeng. Yang langgeng hanyalah kepentingan mereka saja. Tapi bagaimana caranya agar bisa mengetahui apakah dukungan dari poros tengah itu serius, atau hanya manuver politik saja?
Beberapa hari kemudian, muncul demonstrasi yang dilakukan oleh anak anak PMII dn IPPNU. Mereka menolak pencalonan Gus Dur oleh poros tengah, karena menganggap bahwa Poros Tengah hanya main main saja. Mereka menganggap bahwa poros tengah hanya melakukan manuver politis saja. Dan manuver yang mereka lakukan hanya akan dipakai untuk mempermainkan Gus Dur.
Paginya, ketika bertemu di PB NU, beberapa orang yang ikut aktif dalam demonstrasi ditanya oleh Bp KH Bukhori Masruri, Mengapa mereka mengadakan demo itu. Mereka menjawab,”Yang Nyuruh Gus Dur”.
Dan terbukti, setelah demonstrasi itu, Bp Amin Rais memberikan “pernyataan secara langsung” bahwa Poros Tengah tidak main main mencalonkan Gus Dur. “Kami Sungguh sungguh,” Kata bapak Amin Rais.
Ternyata “Ucapan” bp Amin Rois itu yang ditunggu tunggu oleh Gus Dur. Demonstrasi menentang pencalonannya hanya “strategi” beliau agar Bp. Amin Rais memberikan “pernyataan resmi” dan jaminan keseriusan dukungannya.
Sejarah membuktikan, akhirnya, beliau Dipilih menjadi Presiden RI pertama, setelah reformasi tahun 1998.
Mind Navigator