Banyak yang mengira bahwa manusia adalah makhluk yang sangat logis, sayangnya bukti bukti menunjukkan hal yang berbeda. Terkadang logika justru menipu diri sendiri, untuk mencari pembenaran.
Itulah sebabnya, seorang yang sudah cinta mati pada seorang tokoh, akan selalu cinta walaupun anda menyampaikan sejuta bukti tentang kesalahannya. Dan sebaliknya, jika sudah terlanjur benci, dia akan selalu mengabaikan semua fakta tentang kebaikan tokoh yang dibencinya itu.
Mengapa itu bisa terjadi?
Karena ada paradoks dalam pikiran manusia. Manusia selalu mencari kebenaran, tetapi ketika kebenaran itu membuatnya merasa bersalah, disalahkan atau membuatnya tidak nyaman, maka otaknya akan mencari pembenaran pembenaran untuk “menyangkal” kebenaran itu. Terkadang otak manusia lebih menyukai “rasa nyaman” dibanding kebenaran.
Dalam suatu percobaan, seseorang diintervensi agar memasuki kondisi “hypnotic Trance” (trans). Kemudian dilakukan proses “post-hypnotic sugestion”, yaitu disugestikan agar pada saat dia sadar dari transnya, dan memasuki ruang “percobaan” segera dia membuka/mengembangkan payung yang dia bawa.
Dan benar, ketika dia memasuki ruangan, segera dibuka payungnya. Tentu saja ini kejadian yang aneh, wong dalam ruangan kok buka payung 🙂 Kemudian dia ditanya, mengapa dia membuka payungnya? Dia menjawab bahwa dia sedang mencoba apakah payungnya bekerja dengan baik atau tidak.
Itukah kehebatan otak manusia, selalu bisa menemukan jawaban yang dibutuhkan. Kejadian apapun, dia bisa merasionalkannya, menurut “kebutuhan”. Padahal sebab utama mengapa dia membuka payungnya adalah dorongan dari “bawah sadar” yang telah diintervensi dengan hypnosis.
Itulah sebabnya perdebatan selalu berlarut larut, karena setiap pihak selalu menemukan “rasionalitas” atas pendapatnya.
Masih menganggap diri anda sebagai maklhluk yang selalu rasional?
Mind Navigator